Budaya atau kebudayaan
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni.
Bahasa, sebagaimana juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Beberapa alasan mengapa orang
mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat
dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda
dalam berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan
kolektif" di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
Pengertian kebudayaan
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville
J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Unsur-Unsur
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Melville
J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1. alat-alat teknologi
2. sistem ekonomi
3. keluarga
4. kekuasaan politik
Bronislaw
Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1. sistem norma sosial yang memungkinkan
kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
2. organisasi ekonomi
3. alat-alat dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4. organisasi kekuatan (politik)
Wujud
dan komponen
Wujud
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
a. Gagasan
(Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b. Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c. Artefak
(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Komponen
Berdasarkan
wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli
antropologi Cateora, yaitu :
1.
Kebudayaan
material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2.
Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
3.
Lembaga
social
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
Lembaga social dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier
4.
Sistem
kepercayaan
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
5.
Estetika
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerah, setiap akan membangu bagunan jenis apa saj harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti disetiap derah berbeda. Tetapi di kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
6.
Bahasa
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.
Hubungan
Antara Unsur-Unsur Kebudayaan
Komponen-komponen
atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:
Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi
merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan,
atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat
kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian
paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga
sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
1. alat-alat produktif
2. senjata
3. wadah
4. alat-alat menyalakan api
5. makanan
6. pakaian
7. tempat berlindung dan perumahan
8. alat-alat transportasi
Sistem mata pencaharian
Perhatian
para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
1. Berburu
dan meramu
2. Beternak
3. Bercocok tanam di ladang
4. Menangkap ikan
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem
kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan
bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur
sosial dari masyarakat yang bersangkutan.
Kekerabatan
adalah unit-unit sosial
yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu,
kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya.
Dalam
kajian sosiologi-antropologi,
ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil
hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di
masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti,
keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara
itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat,
baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai
makhluk
yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi
sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka
capai sendiri.
Bahasa
Bahasa adalah
alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat,
tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya
dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa
memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi
khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi,
dan alat untuk mengadakan integrasi
dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan
dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kesenian
Karya seni dari peradaban Mesir kuno.
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga
perwujudan kesenian yang kompleks.
Sistem
Kepercayaan
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Agama
Ada
kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia
dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara
bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya
ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan
sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa
Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin
religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur
kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy
and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai
berikut:
... sebuah
institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk
beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait
dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan
sejati.]
Agama
biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama
Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama
dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.
Agama juga memengaruhi kesenian.
Agama
Samawi
Tiga agama
besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai agama Samawi
atau agama Abrahamik. Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama
namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya
telah memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai
belahan dunia.
Yahudi
adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama, adalah
agama monotheistik
dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Terdapat
nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya,
seperti Kristen
dan Islam.
Saat ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa. Kristen
(Protestan
dan Katolik)
adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun
terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen
semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara
1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.
Islam memiliki nilai-nilai
dan norma agama yang banyak memengaruhi kebudayaan Timur Tengah
dan Afrika Utara,
dan sebagian wilayah Asia Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5
milyar pemeluk agama Islam di dunia.
Agama dan filsafat dari Timur
Agni, dewa api agama Hindu
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Agama dari timur dan Filosofi Timur
Agama dan
filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia. Agama
dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan menyebar di
sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi.
Hinduisme
adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna
yang menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China, Mongolia,
Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda
Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara,
termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Thailand.
Agama Hindu dari India, mengajarkan
pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India lainnya, Carvaka, menekankan untuk
mencari kenikmatan di dunia.
Konghucu
dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, memengaruhi baik
religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia.
Pada abad
ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia, dua aliran filosofi
politik tercipta. Mahatma Gandhi memberikan pengertian baru
tentang Ahimsa,
inti dari kepercayaan Hindu maupun Jaina,
dan memberikan definisi baru tentang konsep antikekerasan dan antiperang. Pada
periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong menjadi sistem kepercayaan sekuler
yang sangat kuat di China.
Agama
tradisional
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Agama tradisional
Agama
tradisional, atau kadang-kadang disebut sebagai "agama nenek moyang",
dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika.
Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam
kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto.
Seperti
kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia
akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah
dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
"American Dream"
American Dream, atau
"mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia, adalah sebuah
kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika
Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan
kebulatan tekad, tanpa memedulikan status sosial,
seseorang dapat mendapatkan kehidupan
yang lebih baik.
Gagasan
ini berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit"
(atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a
light unto the nations"), yang
memiliki nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah
Eropa sampai generasi berikutnya.
Pernikahan
Agama
sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual. Kebanyakan gereja
Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah; gereja biasanya
memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu, sebagai bukti
bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen juga melihat
hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya.
Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah
perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali
di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban.
Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
Sistem ilmu dan pengetahuan
Secara
sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan
dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem
pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi:
1. pengetahuan tentang alam
2. pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan
dan hewan
di sekitarnya
3. pengetahuan tentang tubuh manusia,
pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
4. pengetahuan tentang ruang dan waktu
Perubahan
sosial budaya
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Perubahan sosial budaya
Perubahan
sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak dengan
kebudayaan asing.
Perubahan
sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat.
Perubahan
sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap
masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia
yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman
mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.
Ada tiga
faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:
1. tekanan kerja dalam masyarakat
2. keefektifan komunikasi
3. perubahan lingkungan alam.]
Perubahan
budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan masyarakat,
penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es
berujung pada ditemukannya sistem pertanian,
dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
Penetrasi
kebudayaan
Yang
dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan
ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
Penetrasi damai (penetration pasifique)
Masuknya
sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu
dan Islam ke Indonesia.
Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi
memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini
pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi
adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis
adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah
kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya
sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya
kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan
disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak
keseimbangan dalam masyarakat
Wujud
budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama
350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain
pada sistem pemerintahan Indonesia.
Cara
pandang terhadap kebudayaan
Kebudayaan sebagai peradaban
Saat ini,
kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan
awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan adanya
ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang
dijajahnya.
Mereka
menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata dari
"alam".
Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat
diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan
lainnya.
Artefak
tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas.
Pada
prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang
"elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau
mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan
digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari
aktivitas-aktivitas di atas.
Sebagai
contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang
"berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional
dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul
anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".
Orang yang
menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada
kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan
menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini,
seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang
"berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak
berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain."
Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam,"
dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan
tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (human
nature)
Sejak abad
ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara
berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan
dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi
pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang
mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia.
Dalam hal
ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh
masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang
alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu
kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini
kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan
alam dan konsep monadik yang pernah
berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap
"tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama -
masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan.
Pengamat
sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular
culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang
diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
Kebudayaan sebagai "sudut pandang umum"
Selama Era Romantis,
para cendekiawan di Jerman,
khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme
- seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan
perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran
Austria-Hongaria - mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam
"sudut pandang umum".
Pemikiran
ini menganggap suatu budaya
dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya,
budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui
adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak
berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."
Pada akhir
abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan
dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi,
mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan
dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun
50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku yang
sedikit berbeda dari kebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek penelitian
oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan -
perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi
atau tempat bekerja.
Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi
Teori-teori
yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk
dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan
kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.
Kebudayaan di antara masyarakat
Sebuah
kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan
(atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki
sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya.
Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya karena
perbedaan umur,
ras, etnisitas,
kelas,
aesthetik,
agama,
pekerjaan,
pandangan politik
dan gender,
Ada
beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat
tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan
minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli,
keefektifan dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan
yang berkuasa.
Monokulturalisme:
Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang
berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
Leitkultur (kebudayaan
inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam
Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya
sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat
asli.
Melting Pot: Kebudayaan
imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan
pemerintah.
Multikulturalisme:
Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga
kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan
induk.
Kebudayaan menurut wilayah
Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Kebudayaan
menurut wilayah
Seiring
dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan
kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan
teknologi dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi,
dan agama.
Afrika
Beberapa
kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui penjajahan Eropa, seperti
kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara lebih banyak
terpengaruh oleh kebudayaan Arab dan Islam.
Orang Hopi yang sedang menenun dengan alat
tradisional di Amerika Serikat.
Amerika
Kebudayaan
di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua
Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di Amerika Serikat), dan para
imigran Eropa
terutama Spanyol,
Inggris,
Perancis,
Portugis,
Jerman,
dan Belanda.
Asia
Asia memiliki berbagai
kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari
kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain,
seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam.
Dalam
bidang agama, agama Budha
dan Taoisme
banyak memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai
Agama Islam
juga turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia Selatan
dan tenggara.
Australia
Kebanyakan
budaya di Australia masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika.
Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkan dan disesuaikan
dengan lingkungan benua Australia, serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk
asli benua Australia, Aborigin.
Eropa
Kebudayaan
Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajahnya.
Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan barat".
Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti dengan
banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di seluruh dunia.
Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah, kebudayaan ini
juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen,
meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran beberapa tahun ini
.
Timur
Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan
didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara
saat ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak
hanya agama Islam yang berkembang di daerah ini.
Ilmu
budaya adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling mendasar
dalam kehidupan manusia sebagai mahluk berbudaya. Dan masalah-masalah yang
menyertainya, sering disebut sebagai humanities yang merupakan pengetahuan yang
diharpkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep-konsep yang dapat di
gunakan untuk masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Pengertian ilmu sosial budaya dasar
Sebagai integrasi ISBD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan konsep-konsep budaya kepada manusia sehinnga mampu mengkaji masalah sosial dan budaya secara arif.
ISBD sebagai kajian masalah sosial, kemanusiaan dan budaya sekaligus pula memberi dasar yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial yang terintregasi.
ISBD buknlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai mahluk sosialyang berbudaya, dan masalah masalah yang terwujud dari padanya.
Tujuan ilmu sosial budaya dasar
Mengembangkan
kesadaran mahasiswa menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman dan
kesederajatan manusia sebagai individu dan mahluk sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.
Menumbuhkan
sikap kritis, peka dfan arif dalam memahami keragaman kesederajatan manusia
dengan landasan nilai estetika, etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat
Memberi
landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan kepada mahasiswa
sebagai bekal bagi hidup bermasyarakat, selaku individu dan mahluk sosial yang
beradab dalam mempraktikkan pengetahuan akademik dan keahliannya
Mahluk
sosial yang beradab dalam mempraktekan pengetahuan akademik dan keahliannya.
Fungsi
ilmu sosial budaya dasar
Memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang di kembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial kebudayaan agar dya tanggap,persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa kepada lingkungan lebih besar.
Memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang di kembangkan untuk mengkaji gejala-gejala sosial kebudayaan agar dya tanggap,persepsi, dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial budaya dapat ditingkatkan sehingga kepekaan mahasiswa kepada lingkungan lebih besar.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya
struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu
ingin mengadakan perubahan. Hirschman
mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.
Perubahan
sosial budaya terjadi karena beberapa faktor. Di antaranya komunikasi;
cara dan pola pikir masyarakat; faktor internal lain seperti perubahan jumlah
penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik
atau revolusi;
dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan
pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.
Ada pula
beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang
intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang
lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional;
ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat;
prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan
pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis;
dan pengaruh adat
atau kebiasaan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar